Features Filosofi Durian, Jamil ; Jelang Musim Pemilu, Musim Durian Dulu

fokusliputan.com_SIBOLGA

Sebagai insan yang dianugerahkan pikiran logis untuk berpikir maka sebaiknya kita adalah orang yang selalu bisa memaknai hal apapun. Terutama bagi nikmat yang kita peroleh dari Tuhan. Berhubung kini sedang musim durian. Mari kita hayati filosofinya. 04/12/2018.


Kepada fokusliputan.com, Wakil Rakyat Jamil Zeb Tumori,SH,MAP mengatakan memasuki akhir tahun 2018, kita ketahui 2019 akan menjelang dengan agenda pemilu serentak untuk DPRD, DPR Provinsi, DPR RI dan Presiden Republik Indonesia. Namun sebelum musim politik tersebut, mari kita nikmati terlebih dahulu, musim durian di suasana penghujan ini. 

Lanjutnya, Durian adalah raja buah. Kandungan buah durian memiliki komposisi yang padat terlebih lagi rasanya lezat. Sekalipun begitu, Durian tidak tampil mewah, sosoknya sederhana , bahkan kemasannya jelek dan menakutkan. Bagaimana kita dapat menilai filosofinya? 

Wakil rakyat yang selalu dekat dengan masyarakat tersebut menerangkan, semua ada waktunya. Ya, Durian bukanlah buah yang bisa kita dapatkan setiap hari. Durian adalah tipikal buah panen yang hadir musiman. Jadi seperti kehidupan, dapat kita pahami bahwa semua keadaan ada masanya. Ada kala kita susah, pada waktunya kita akan bahagia. Ada waktu yang tepat dan Tuhan selalu memberikan yang terbaik disaat yang tepat kita butuhkan, bukan saat kita inginkan. Kunci menghadapi waktu adalah sabar dan selalu dengan usaha, nanti ketika sudah waktunya maka akan kita tuai hasilnya. 

Durian tampilannya sangar, dalamnya lembut. Semua orang tahu bahwa buah Durian dilapisi kulit keras dan berduri tajam. Tapi jangan ditanya isinya, sangat lembut dan nikmat. Ini membuat kita memahami bahwa tidak selamanya yang tampak buruk itu adalah tidak baik. Kadang kita melihat sisi luar saja tanpa menghiraukan apa yang sepenuhnya dimiliki seseorang. Dan ini juga seperti halnya seorang pemimpin yang tegas namun untuk menjaga amanah.   

Buah nyentrik. Durian ini kehadirannya sangat mencolok, bahkan tidak bisa disembunyikan. Baunya nyengat, meskipun wangi namun jika terlalu banyak akan memuakkan. Seperti Durian yang sudah khas kehadirannya, maka sebagai manusia kita jangan over dalam bermanuver, jangan lebay berekspresi atau jangan terlalu mencolok jadi bahan perhatian karena bisa jadi bukan simpati yang didapat malah cemohan. 

Kulitnya boleh sama, isi bisa beda. Melihat durian akan ada kesamaan tampilan, namun sekalipun sama hijau menguning dan berduri belum tentu isinya sama. Kadang ukuran besar, isinya sedikit. Ada yang kecil namun berisi padat! Sama seperti manusia rambut boleh sama hitam hati siapa yang tahu. Jangan sampai tertipu janji manis karena tampilan keren. 

Isi durian terpisahkan berkelompok dalam satu kesatuan buah. Ya... Isi buah durian sama seperti cerminan kita bermasyarakat majemuk. Setiap isi durian tidak dapat bercampur dengan bagian lainnya, melainkan satu biji dipisahkan dengan biji yang lain oleh struktur daging yang kering. Sedang beberapa biji dalam satu kelompok akan dipisahkan oleh semacam sekat dengan kelompok lainnya. 

Ini menandakan bahwa kita tidak bisa hidup seorang diri di dunia ini. Kita butuh kelompok kecil untuk melindungi diri sendiri dari hal-hal buruk di luar yang disebut keluarga. Manusia membutuhkan kelompok kerja yang dapat memfasilitasi seluruh bakat yang dibutuhkannya. Setiap orang membutuhkan kelompok masyarakat tertentu agar tetap hidup hingga beraktualiasasi dalam kelompok tersebut. 

Kenikmatan yang harus dibatasi. Memakan durian, lebih nikmat jika bersama-sama. Terkadang, sangkin nikmatnya kita lupa bahwa berlebihan adalah sifat yang tidak baik. Kenikmatan itu tidak boleh terlalu diserakahkan. Sesuatu yang nikmat akan terasa sedap jika dicicipi dengan berbagi dan kebersamaan. Jika kita banyak harta, kekayaan akan menjadi ujian maka sedekahkanlah agar kita tidak terlena. Dan apabila kita memiliki rezeki, berbagilah untuk kesenangan bersama. 

Demikianlah Filosofi Buah Durian yang bisa saya tulis dan bagikan kepada pembaca semoga dapat kita hayati maknanya untuk menjadikan diri kita menjadi lebih baik. Mari contoh hal baik darinya dan tinggalkan keburukannya.